Diduga Pemicu Naiknya Harga Pangan, Pemkab Berau Soroti Rantai Pemasok

SIDAK: Kepala Diskoperindag Berau Eva Yunita bersama Kepala Bina Usaha Perdagangan Diskoperindag Berau Hotlan Silalahi melakukan sidak harga bahan pokok di Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD). (FOTO: GEORGIE/BENUAKALTIM.CO.ID)

benuakaltim.co.id, BERAU – Panjang dan rumitnya rantai distribusi bahan pokok di pasaran Kabupaten Berau disoroti oleh Pemkab Berau. Sebab hal tersebut menjadi penyebab utama tingginya harga jual ke masyarakat.

Untuk menekan harga tersebut, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau ingin memangkas jalur distribusi dengan menelusuri sumber pasokan barang.

Langkah itu diambil dengan melakukan inspeksi ke sejumlah distributor sembako, Bulog Berau, dan Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD).

Kepala Diskoperindag Berau, Eva Yunita, mengatakan, banyak komoditas yang mengalami kenaikan harga bukan karena kelangkaan stok.

“Melainkan karena barang didatangkan melalui terlalu banyak perantara,” ucapnya, Kamis (27/2/2025).

Dengan pemetaan yang lebih jelas terhadap sumber pasokan, pemerintah daerah berharap bisa mengintervensi rantai distribusi agar harga bahan pokok tetap stabil, terutama menjelang Ramadan.

Berdasarkan hasil pantauannya, Eva memastikan stok bahan pokok di tingkat distributor dan Bulog Berau masih aman dan mencukupi hingga pasca Lebaran 2025.

“Yang pasti kami sidak untuk memastikan stok ketersediaan bahan pokok menjelang Ramadan,” ujarnya.

Baca Juga :  Bandara Balikpapan Beri Syal Manik pada Jamaah yang Tiba di Tanah Air

Selain memastikan stok tersedia, Diskoperindag juga mengawasi rantai pemasokan bahan pokok yang masuk ke Berau.

“Diharapkan para pedagang di pasar dapat memberikan informasi yang akurat mengenai sumber pasokan mereka. Sehingga pemerintah daerah dapat melakukan intervensi yang diperlukan,” ungkapnya.

“Kami juga berharap harga tetap stabil, makanya kami memastikan rantai pasok barang yang datang ke Berau dari mana saja sumbernya,” sambungnya.

Ia juga mengharapkan kerja sama dari para pedagang di pasar untuk memberikan informasi yang benar. Sehingga dari hasil informasi itu dapat diambil langkah intervensi yang diperlukan oleh Pemkab Berau.

“Karena masih ada pedagang yang ragu memberikan informasi karena khawatir dengan adanya sidak,” katanya.

Salah satu bentuk intervensi yang bisa dilakukan pemerintah adalah mengurangi panjangnya rantai distribusi barang, sehingga harga yang sampai ke masyarakat bisa lebih terkendali.

“Misalnya, kami bisa membantu dari sisi distribusi, membuat rantai pasok semakin pendek, sehingga harga di masyarakat bisa kita tekan,” tutur Eva.

Baca Juga :  Bandara Balikpapan Beri Syal Manik pada Jamaah yang Tiba di Tanah Air

Sementara itu, Kepala Bidang Bina Usaha Perdagangan Diskoperindag Berau, Hotlan Silalahi, menyebutkan bahwa ada lima komoditas utama yang dipantau menjelang Ramadan. Di antaranya bawang merah, bawang putih, cabai, telur, daging, serta beras.

Untuk harga cabai merah mengalami lonjakan hingga Rp 100.000 sampai Rp 110.000 per kilo dari sebelumnya Rp 80.000 per kilo akibat faktor cuaca.

“Sementara itu, bawang merah dijual seharga Rp 40.000 per kg dan bawang putih Rp 45.000 per kilo,” urainya.

Kemudian untuk harga beras masih stabil di kisaran Rp 13.000 hingga Rp 18.000 per kilo, tergantung kualitasnya.

“Tentunya kalau faktor alam tidak bisa kami kendalikan. Tapi harapannya dengan pasokan dari berbagai daerah bisa membuat harga semakin turun. Saya sarankan kepada pedagang untuk berkelompok memilih distributor,” jelasnya.

Untuk harga daging lokal juga masih bertahan di kisaran Rp 150.000 hingga Rp 160.000 per kilo, sementara daging beku dijual Rp 120.000 per kilo.

“Pun harga telur masih normal, berkisar antara Rp 58.000-Rp 60.000 per piring.

Baca Juga :  Bandara Balikpapan Beri Syal Manik pada Jamaah yang Tiba di Tanah Air

Kami lihat di tingkat distributor, stok masih aman hingga pasca-Lebaran 2025. Harga pun tidak ada kenaikan dari produsen sampai di distributor,” urainya.

Namun, kata dia pemasokan bahan pokok mengalami dilematis dalam distribusi barang yang berasal dari luar daerah. Banyak barang kebutuhan pokok yang didatangkan dari Sulawesi dan Surabaya melalui perantara di Samarinda dan Balikpapan.

“Ini yang membuat harga semakin naik. Kami mencari informasi, ingin tahu siapa yang mendatangkan barang, sehingga kami bisa mengintervensi untuk menekan harga,” bebernya.

Kemudian menurutnya salah satu contoh kenaikan harga akibat panjangnya rantai distribusi adalah minyak goreng MinyaKita. Harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 15.700 per liter, tetapi di pasaran ditemukan harga mencapai Rp 20.000 per liter.

“Dengan adanya sidak ini, pemerintah berharap kestabilan harga dan pasokan bahan pokok di Berau tetap terjaga hingga Lebaran,” pungkasnya. (*)

Reporter: Georgie Silalahi

Editor: Endah Agustina 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *