benuakaltim.co.id, BERAU – Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Berau, Lita Handini, mengungkapkan banjir yang melanda sejumlah wilayah di Berau berdampak signifikan terhadap sektor perkebunan, terutama komoditas unggulan seperti kelapa sawit, kakao, dan lada.
Menurut Lita, meskipun tanaman kelapa sawit dikenal tahan terhadap genangan air, banjir yang berlangsung lama tetap berpotensi menurunkan produksi.
Hal ini disebabkan oleh kerusakan buah yang membusuk serta terganggunya pertumbuhan tanaman.
“Kalau sawit kena banjir seminggu masih bisa bertahan, tapi buahnya bisa busuk. Kalau banjirnya terus-menerus, tentu akan ada penurunan produksi. Ini sudah kami prediksi,” ucapnya Jumat (30/5/2025).
Tanaman lain seperti kakao dan lada disebut jauh lebih rentan. Tanaman muda di bawah usia dua tahun hampir dipastikan mati jika terendam banjir, sedangkan tanaman yang berumur lebih dari tiga tahun mungkin selamat, namun buahnya dipastikan tidak bisa dipanen.
“Saya tadi sudah laporkan ke Bupati, untuk tanaman kakao jangan berharap bisa produksi maksimal. Bahkan lebih dari 50 persen bisa gagal panen,” ungkapnya.
Ia menambahkan, beberapa tanaman baru yang dibagikan melalui program kerja sama antara Dinas Perkebunan dan perusahaan seperti Berau Coal juga turut terdampak.
Pihaknya saat ini masih melakukan pendataan di kampung-kampung terdampak banjir, sambil menunggu konfirmasi dari masyarakat apakah masih ingin melanjutkan budidaya tanaman.
“Kami tetap siap memfasilitasi bantuan stimulan jika masyarakat masih ingin menanam. Tapi kami sarankan agar memilih lokasi yang tidak rawan banjir. Kalau masih di area banjir, kami tidak bisa terus-menerus memberikan bantuan karena dikhawatirkan tidak efektif,” sambungnya.
Soal anggaran, Lita memastikan bahwa bantuan stimulan seperti bibit dan pupuk tetap tersedia karena komoditas kakao dan lada sudah ditetapkan sebagai komoditas unggulan daerah.
Pemerintah daerah, lanjutnya, menunjukkan komitmen kuat untuk mendukung petani, termasuk menyetujui alokasi anggaran yang dibutuhkan.
“Kami usulkan bantuan untuk pemulihan, terutama bagi daerah di sepanjang aliran sungai. Tapi karena anggaran tahun ini sudah dikunci, kami akan coba masukkan pada saat asistensi anggaran. Jika tidak memungkinkan tahun ini, kami usulkan di tahun 2026,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Yogi Wibawa