benuakaltim.co.id, BERAU – Hujan yang mengguyur Kabupaten Berau tanpa henti selama beberapa pekan terakhir bukan hanya membuat jalanan becek dan selokan meluap.
Di sejumlah wilayah, warga harus menghadapi kenyataan pahit, air masuk ke rumah, sawah terendam, dan aktivitas sehari-hari lumpuh.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Berau Egi pun menjelaskan bahwa bulan Mei tahun 2025 tercatat sebagai bulan dengan intensitas hujan tertinggi sepanjang tahun ini. Bahkan melebihi curah hujan Januari yang biasanya dikenal sebagai puncak musim hujan.
“Kalau kita bicara data, hujan di bulan Mei 2025 ini tercatat mencapai 440,7 milimeter (mm). Ini tertinggi sepanjang tahun berjalan,” ujarnya Jumat (13/6/2025).
Menurutnya, angka tersebut bukan sekadar statistik biasa. Curah hujan sebesar itu termasuk dalam kategori ekstrem, dan sangat mungkin memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, hingga genangan air berkepanjangan.
Apa yang terjadi di Mei tahun ini bukan hanya anomali sesaat. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, curah hujan di bulan Mei 2025 jauh melampaui rata-rata.
“Biasanya Januari yang memiliki intensitas hujan paling tinggi. Tapi tahun ini justru Mei yang paling ekstrem. Ini menunjukkan ada pola cuaca yang agak berubah,” ungkapnya.
Tren ini kata dia sejalan dengan data curah hujan kumulatif sejak awal tahun yang juga tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.
“Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingginya intensitas hujan ini, mulai dari pemanasan lautan (fenomena La Nina ringan) hingga pergerakan angin monsun yang lebih aktif,” bebernya.
Akibatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Bahkan menurutnya pada beberapa wilayah hulu, air sungai naik drastis.
“Pemukiman warga yang berada di daerah rendah menjadi korban pertama. Rumah-rumah terendam, aktivitas sekolah terhambat, hingga petani mengeluhkan gagal panen akibat sawah yang tak bisa ditanami,” tuturnya.
Menurutnya dalam beberapa kasus, akses jalan utama sempat tertutup karena air yang melimpas. “Biasanya Mei sudah mulai masuk musim kemarau,” imbuhnya.
Meski curah hujan di akhir Mei sudah mulai menurun, BMKG tetap mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk tetap waspada.
Menurut Egi, kondisi atmosfer masih cukup labil, sehingga hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih berpotensi turun di awal Juni.
“Bisa saja puncak kedua terjadi, apalagi jika ada gangguan dari sistem cuaca seperti bibit siklon tropis. Kami akan terus memperbarui informasi,” jelasnya.
Kata dia, fenomena ini menjadi peringatan bahwa perubahan iklim bukan lagi isu global yang jauh dari kita.
Kabupaten Berau, yang selama ini dianggap cukup aman dari bencana banjir besar, ternyata juga mulai merasakan dampak nyata dari ketidakstabilan cuaca.
“Dulu musim hujan dan kemarau bisa diprediksi cukup jelas. Sekarang, cuaca bisa berubah tiba-tiba. Hari ini panas, malamnya hujan deras. Ini perlu jadi perhatian bersama,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Yogi Wibawa