Indonesia Berpotensi Kembangkan 59 GW PLTS di Eks Lahan Tambang

Ilustrasi - Sejumlah pekerja melakukan aktivitas penambangan pada salah satu perusahaan tambang batu bara di wilayah Kec, Montallat, Kab. Barito Utara, Kalteng. (FOTO ANTARA/Kasriadi.)
Jakarta – Indonesia berpotensi mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di lahan bekas tambang batu bara dengan estimasi kapasitas mencapai 59,45 gigawatt (GW), berdasarkan laporan Global Energy Monitor.

“Transisi tambang batu bara ke surya sedang berlangsung, dan potensi ini siap dimanfaatkan di negara-negara produsen batu bara utama seperti Australia, Amerika Serikat, Indonesia, dan India,” kata Manajer Proyek Energy Transition Tracker Cheng Cheng Wu dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Dalam laporan Global Energy Monitor (GEM) berjudul “Bright Side of the Mine: Solar’s Opportunity to Reclaim Coal’s Footprint”, teridentifikasi 446 tambang batu bara seluas 5.820 km² di seluruh dunia.

Luas tersebut mencakup lahan bekas tambang sejak 2020 dan lahan tambang yang berpotensi ditinggalkan pada 2030 menyusul habisnya cadangan batu bara. Salah satu potensi terbesar ada di Indonesia.

Di Indonesia, hasil analisis GEM menemukan lahan tambang seluas 1.190 km², mencakup 26 tambang batu bara yang diperkirakan akan ditutup pada 2030.

Alih fungsi lahan ini untuk pengembangan energi surya diproyeksikan dapat menghasilkan kapasitas hingga 59,45 GW. Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur merupakan dua daerah dengan lahan tambang cukup besar yang akan berakhir kegiatannya dalam lima tahun ke depan.

Pemanfaatan lahan bekas tambang untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) diyakini dapat membantu Indonesia mencapai target netral karbon pada 2060.

PT Bukit Asam Tbk telah mengumumkan rencana pembangunan PLTS di tiga lokasi bekas tambang di Sumatera Barat berkapasitas 200 MW, Sumatera Selatan 200 MW, dan Kalimantan Timur 30 MW.

Transformasi lahan tambang bukan sekedar upaya transisi energi. Langkah ini juga berdampak pada ekonomi, yang diperkirakan mampu menciptakan 259.700 pekerjaan permanen dan 317.500 pekerjaan konstruksi dan sementara, melebihi total tenaga kerja yang diproyeksikan hilang dari sektor batu bara secara global hingga 2035.

“Penggunaan kembali tambang untuk pengembangan tenaga surya menawarkan peluang langka untuk menyatukan pemulihan lahan, penciptaan lapangan kerja lokal, dan penggunaan energi bersih dalam satu strategi,” tutur Cheng Cheng Wu.

 

Sumber ; Antara

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *