“Pengembangan ekonomi melalui Prudes dapat memberi manfaat terhadap pengelolaan lebih efisien, menekan biaya produksi, membuka kesempatan kerja, dan mendorong partisipasi masyarakat desa,” kata Penggerak Swadaya Masyarakat Ahli Muda DPMPD Kaltim Helvi Syahruddin di Samarinda, Rabu.
Penilaian yang merupakan bagian dari lomba ini, katanya, saat ini telah ada 15 produk dari tujuh kabupaten yang dalam proses penilaian, sedangkan pihaknya masih menunggu produk lain dari desa-desa yang siap dinilai.
15 produk itu adalah empat produk unggulan dari Kabupaten Paser, tiga produk dari Berau, dua produk dari Kutai Kartanegara, tiga dari Kutai Timur, satu dari Kutai Barat, satu dari Mahakam Ulu, dan satu produk unggulan dari Penajam Paser Utara.
Rinciannya, dari Paser meliputi keripik ubi dari Desa Mendik Makmur, beras gunung dari Desa Muara Payang, sambal Takalo dari Desa Tepian Batang.
Produk dari Berau berupa amplang Bulan-Bulan dari Desa Pulau Derawan, tenun Gelagat Lewo dari Desa Dumaring, baju kumut dari Desa Sambaliung.
Dari Kutai Kartanegara dengan produk olahan makanan dari nipah asal Desa Muara Badak Ulu, coklat dari Desa Long Anai. Dari Kutai Timur berupa produk amplang Bengalon asal Desa Sepaso, frutiboks banana asal Desa Selangkau, dan bubuk coklat asal Desa Karangan Hilir.
Dari Kutai Barat dengan produk sampo dari Desa Juaq Asa, Kabupaten Mahakam Ulu dengan produk rajutan basal Desa Tri Pariq Makmur, dan Kabupaten Penajam Paser Utara dengan produk Batik Semoi Nusantara asal Desa Argo Mulyo.
Helvin menjelaskan, sejumlah komponen yang dinilai meliputi kualitas produk, inovasi, kemasan/merek, pemasaran dan promosi, keberlanjutan lingkungan, dampak sosial, manajemen produksi, dan harga yang kompetitif.
“Tiap komponen terdapat beberapa sub yang dinilai, misalnya untuk komponen pemasaran dan promosi meliputi kegiatan maupun pameran produk, besaran permintaan pasar, respon di media sosial saat produk diunggah. Komponen lain juga memiliki beberapa sub,” katanya.
Sumber : Antara