“Data terbaru memperlihatkan tren penurunan yang bagus, mendekatkan Kaltim pada target eliminasi malaria di tahun 2027,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin di Samarinda, Selasa.
Ia menyatakan bahwa penurunan malaria ini merupakan buah dari berbagai program intervensi yang telah dijalankan secara masif, dan itu indikasi bahwa program-program pencegahan dan penanganan kita berjalan efektif.
Berdasarkan laporan SISMAL periode 1 Januari hingga 10 Juli, jumlah kasus malaria di Kaltim menurun drastis.
Pada 2023 tercatat 2.498 kasus, kemudian turun 56 persen menjadi 1.096 kasus di 2024. Proyeksi untuk 2025 menunjukkan penurunan lebih lanjut hingga 51 persen, dengan estimasi 536 kasus.
Jaya menjelaskan bahwa peta endemisitas malaria juga menunjukkan perbaikan yang jelas. Pada 2023, tiga wilayah kabupaten masih berstatus endemis tinggi yaitu Paser, Berau, dan Kutai Timur, serta satu wilayah endemis sedang di Penajam Paser Utara (PPU).
Namun, pada 2024, Penajam Paser Utara diproyeksikan menjadi endemis sedang, sementara Paser, Berau, dan Kutai Timur berubah menjadi endemis rendah.
“Target kita di 2025, semua wilayah kabupaten sudah bergeser menjadi endemis rendah,” katanya.
Dinas Kesehatan Kaltim secara khusus memberikan perhatian kepada pekerja yang sering keluar masuk hutan, terutama di wilayah endemis malaria.
Tersedia paket hutan di petugas kesehatan yang meliputi minum obat pencegahan malaria, penggunaan kelambu, dan pemakaian losion anti nyamuk atau repellent. Ini merupakan bagian dari upaya memastikan masyarakat dapat bekerja dengan tenang tanpa takut terjangkit malaria.
“Lebih baik mencegah daripada mengobati. Kami terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya langkah-langkah pencegahan ini,” kata Jaya Mualimin seraya menambahkan optimistis Kaltim mencapai eliminasi malaria sesuai target.
Sumber : Antara