Gubernur Rudy Mas’ud di Samarinda, Sabtu, mengatakan ketersediaan akses digital merupakan kunci untuk mengatasi kesenjangan dan mendorong pembangunan yang merata di seluruh Kaltim.
Ia mengakui kesulitan akses sinyal dan internet masih dialami masyarakat di sejumlah kabupaten, seperti Kutai Timur dan Berau bagian utara, termasuk wilayah barat (Kutai Kartanegara, Kutai Barat dan Mahakam Ulu), juga wilayah selatan (Penajam Paser Utara dan Paser).
“Intinya bagaimana kegiatan digitalisasi bisa terkoneksi kepada warga Kaltim tanpa terkecuali,” katanya menegaskan.
Kemajuan teknologi, katanya, sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto untuk program digitalisasi diseluruh wilayah tanah air.
Tidak terkecuali, warga yang berada di dalam hutan, kebun dan kawasan pertambangan agar terkoneksi dengan baik.
Gubernur berharap Telkom membuka jaringan agar masyarakat bisa menggunakan WhatsApp (WA) tidak perlu GSM.
“Sebab GSM menggunakan tower (BTS) biaya besar. Telkom cukup menggunakan fiber optik (FO) melalui PLN,” ungkapnya.
Memanfaatkan FO, maka Wi-Fi atau internet warga di pedalaman maupun desa-desa yang belum ada listrik dan jaringan telepon seluler, namun sudah terkoneksi dengan digitalisasi.
“PLN memiliki jaringan (kabel) bisa digunakan untuk Wi-Fi bisa dikembangkan bersama PT Telkom supaya daerah terpencil tetap terkena jaringan internet dan bisa menggunakan WA,” ujarnya.
Head of Telkom Daerah Bontang dan Kutai Timur Ari Iryanto menyebutkan 37 desa dari 140 desa di Kabupaten Kutai Timur merupakan desa blankspot atau belum terjangkau jaringan internet.
“Sedangkan 103 desa sudah aktif sinyal (jaringan),” sebutnya.
Sementara itu Kepala Diskominfo Kaltim Muhammad Faisal menjelaskan kabel FO sudah menjangkau seluruh kecamatan, namun belum semua desa. Beberapa provider seperti Telkom, Iconplus (anak usaha PLN), dan Comtelindo ikut membantu perluasan jaringan.
Khusus Kutai Timur (Kutim), program internet desa Gratispol telah memasang jaringan di 233 desa dari target 600 desa pada 2025. Saat ini, 64 desa di Kutim sudah terhubung.
“Wilayah seperti Kutai Timur, Berau, Kutai Barat dan Mahakam Ulu memang lebih lambat karena kendala jarak dan medan berat,” ujar Muhammad Faisal.
Sumber : Antara