BPBD Berau Bentuk 13 Posko untuk Waspadai Karhutla

Kepala BPBD Berau, Masyhadi Muhdi. (FOTO: GEORGIE/BENUAKALTIM.CO.ID)

benuakaltim.co.id, BERAU – Memasuki puncak musim kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Sebanyak 13 posko siaga disebar di seluruh kecamatan untuk memantau dan menangani potensi kebakaran secara cepat.

Kepala BPBD Berau, Masyhadi Muhdi, menyebut setiap posko diperkuat oleh tim gabungan yang melibatkan personel TNI, Polri, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), dan Masyarakat Peduli Api (MPA).

Baca Juga :  Pasar Murah Diserbu Warga, 2 Ton Beras Habis Terjual dalam 3 Jam  

Dua regu manggala juga turut diterjunkan untuk mendukung patroli dan penanganan di lapangan. “Seluruh posko tetap beroperasi penuh. Personel siaga setiap saat untuk merespons jika terjadi kebakaran,” ujarnya Senin (11/8/2025).

Meski hingga awal Agustus ini belum terdeteksi titik panas (hotspot), Masyhadi mengingatkan bahwa Juli lalu sempat terjadi lonjakan signifikan. Diketahui, pada 30 Juli 2025, tercatat 77 titik panas tersebar di sejumlah kecamatan.

Baca Juga :  Keji! Tiga Nyawa Melayang di Tangan Kepala Keluarga

“Banyaknya hotspot tidak selalu berarti ada kebakaran. Kadang itu muncul karena suhu udara yang sangat tinggi,” jelasnya

Sejumlah wilayah seperti Pulau Derawan, Tabalar, Segah, Kelay, Teluk Bayur, dan Talisayan menjadi titik prioritas pemantauan. Kawasan tersebut dikenal kerap mencatat suhu udara ekstrem sehingga rawan memicu kebakaran.

BPBD memastikan seluruh posko memiliki perlengkapan pemadaman. Namun, medan sulit dan jarak sumber air masih menjadi tantangan.

Baca Juga :  BLK Limunjan Ditarget Rampung pada Desember 2025

“Kalau lokasi kejadian jauh dari akses kendaraan atau sumber air, proses pemadaman akan memakan waktu lebih lama,” terangnya.

Ia mengimbau masyarakat untuk menghindari segala aktivitas yang bisa memicu api, termasuk membuka lahan dengan cara membakar atau membuang puntung rokok sembarangan.

“Kondisi kering diperkirakan masih akan berlangsung beberapa bulan. Pencegahan dini jauh lebih efektif daripada menunggu api membesar,” pungkasnya. (*)

Reporter: Georgie Silalahi

Editor: Yogi Wibawa

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *