benuakaltim.co.id, BERAU – Ancaman perang proksi (proxy war) kian nyata di tengah dinamika global. Hal ini menjadi pokok pembahasan dalam sebuah talk show bertema menjaga kedaulatan negara, yang menghadirkan Dir Intelkam Polda Kaltim, Kombes Pol Agus Sutrisno sebagai narasumber.
Kombes Pol Agus menekankan, konflik modern tidak lagi selalu muncul lewat konfrontasi langsung, melainkan melalui adu domba yang melibatkan pihak ketiga.
“Masyarakat sering tidak tahu siapa dalang sesungguhnya. Namun dampaknya bisa sangat terasa: anak-anak tidak bisa sekolah, aktivitas terganggu, bahkan rasa aman di jalan pun hilang,” ujarnya pada Ahad (7/9/2025).
Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terprovokasi, khususnya dengan isu-isu SARA yang kerap dimunculkan untuk memecah belah.
“Kurangi hal-hal yang mengarah ke SARA jika ada persoalan di tengah masyarakat. Itu sangat berbahaya,” tegasnya.
Selain itu, ia menyoroti melemahnya tradisi gotong royong sebagai benteng ketahanan sosial bangsa.
Menurutnya, dulu masyarakat terbiasa ronda menjaga lingkungan, kini bergantung pada teknologi semata.
“Pos ronda ada, tapi sering kosong. Semua merasa cukup dengan CCTV. Padahal CCTV itu hanya alat bantu, bukan pengganti kewaspadaan,” tambahnya.
Agus menggarisbawahi bahwa kedaulatan negara tidak hanya dijaga oleh militer dan aparat, melainkan juga melalui ketangguhan sosial masyarakat.
Gotong royong, solidaritas, dan kerukunan adalah pilar penting untuk menghadapi bentuk konflik tak kasat mata.
“Perang proksi membuat bangsa berhadapan dengan strategi musuh yang halus tapi menghancurkan. Karena itu, kita harus memperkuat persatuan, menjaga kerukunan, dan kembali menghidupkan nilai gotong royong,” tuturnya.
Talk show ini sekaligus menjadi pengingat bahwa kedaulatan negara dimulai dari ketahanan masyarakat di tingkat paling bawah.
Dengan solidaritas yang kuat, bangsa diyakini mampu menghadapi ancaman proxy war yang semakin kompleks. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Ramli