DPRD Berau Sentil Keras Perusda: Untung Rp4 Juta Bukan Bisnis Daerah!

Anggota Komisi III DPRD Berau, Vitalis Paulus Lette. (FOTO: GEORGIE/BENUAKALTIM)

benuakaltim.co.id, BERAU– Anggota DPRD Berau Komisi III, Vitalis Paulus Lette, menyentil keras kinerja Perusahaan Daerah (Perusda) yang dinilai belum menunjukkan hasil signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Menurutnya, sudah saatnya Perusda berpikir besar dan bergerak dengan mental pengusaha sejati, bukan hanya sekadar beroperasi agar terlihat bekerja.

“Kalau orientasinya profit, bisnisnya jangan ecek-ecek. Masa untungnya cuma Rp4 juta. Itu bukan bisnis daerah, itu usaha warung kecil. Kita bicara PAD, bukan uang jajan,” tegas Vitalis , Rabu (15/10/2025).

Vitalis menilai kondisi fiskal daerah saat ini sedang menantang. Dana transfer pusat ke daerah terus mengalami pemotongan, sehingga Berau harus mulai mandiri lewat penguatan sektor bisnis BUMD.

“Kita tidak bisa terus bergantung pada dana transfer. Pemda butuh akselerasi PAD. Salah satu jalannya adalah lewat Perusda yang betul-betul punya orientasi profit,” jelasnya.

Baca Juga :  Dorong Pemkab Berau Berikan Program Bantuan untuk Petani

Namun, ia menekankan, profit tidak akan datang tanpa dua hal penting: modal yang memadai dan manajemen yang profesional. Vitalis menguraikan, pengembangan bisnis besar harus dimulai dari kajian yang realistis dan terukur.

Ia mencontohkan jika Perusda ingin membuka perkebunan sawit seluas 1.000 hektare, maka seluruh perencanaan mulai dari kebutuhan modal, perhitungan laba, hingga masa panen harus dikaji dengan detail.

“Kalau mau 1.000 hektare, hitung dulu. Pembersihan, bibit, dan operasional mungkin Rp60 juta per hektare. Berarti butuh Rp60 miliar. Tapi potensi panen bisa Rp40–50 miliar per tahun. Itu baru bicara bisnis,” ujarnya.

Bagi Vitalis, Perusda tidak perlu langsung besar. Mulailah dengan pilot project 200 hektare, lalu evaluasi kinerja, dan lanjutkan bertahap jika berhasil.

Ia menegaskan pentingnya strategi investasi cerdas daripada sekadar membakar dana penyertaan tanpa hasil.

Baca Juga :  Kunlap ke RSUD Abdul Rifai, DPRD Berau Soroti Fasilitas Ruang Hemodialisa

Selain masalah modal, manajemen Perusda juga menjadi sorotan tajam. Vitalis menilai lemahnya kemampuan mengelola bisnis membuat potensi keuntungan tak maksimal.

“Kalau uang masuk tapi tidak dikelola dengan baik, ya habis juga. Harus ada yang paham bisnis, tahu cara memimpin, mengatur arus keuangan, dan membaca peluang,” katanya.

Ia bahkan menyarankan agar Perusda meng-hire tenaga ahli atau staf profesional, meskipun bersifat sementara, agar bisa membantu menyusun strategi bisnis yang realistis dan menguntungkan.

“Kami mendukung kalau Perusda bisa meng-hire tenaga ahli atau staf profesional demi peningkatan PAD di Kabupaten Berau,” katanya.

DPRD, kata Vitalis, tidak anti terhadap penyertaan modal besar, asalkan disertai rencana bisnis yang kuat. Ia menegaskan, Perusda harus berani mempresentasikan rencana mereka kepada komisi terkait, lengkap dengan hitungan risiko dan proyeksi laba.

Baca Juga :  Dorong Pemkab Berau Berikan Program Bantuan untuk Petani

“Kalau mau minta Rp100 miliar, tapi datanya jelas, ya kita dukung. Tapi kalau cuma minta tanpa arah, ya jangan harap,” sindirnya.

Lebih jauh, ia menegaskan pentingnya keberanian dan tanggung jawab dalam memimpin BUMD.

“Kalau dalam 11 tahun tidak ada hasil, ya mundur saja daripada dipecat. Pemimpin bisnis harus tahu kapan bertahan dan kapan berubah arah,” ujarnya blak-blakan.

Dengan tata kelola yang profesional, Vitalis optimistis Perusda mampu menjadi motor PAD Berau. Ia bahkan menargetkan kontribusi PAD hingga Rp40–50 miliar per tahun jika strategi bisnis dijalankan dengan benar.

“Jangan puas dengan laba kecil. Kita bicara daerah, bukan kios pribadi. Kalau semua pihak serius, PAD Berau bisa melonjak tajam,” pungkasnya. (*)

Reporter: Georgie Silalahi

Editor: Endah Agustina

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *