benuakaltim.co.id, BERAU– Kabupaten Berau hingga kini masih berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penyakit difteri.
Status tersebut ditetapkan sejak tahun 2024 lalu dan belum dicabut, meskipun dalam beberapa bulan terakhir tidak ditemukan lagi kasus baru.
Menurut Kepala Dinkes Berau, Lamlay Sarie status KLB bukanlah sesuatu yang perlu menimbulkan kepanikan di masyarakat. Sebaliknya, penetapan ini merupakan sinyal kewaspadaan yang harus disikapi dengan bijak.
Meski demikian, Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau terus meningkatkan kewaspadaan melalui berbagai langkah pencegahan. “Status KLB itu ibarat lampu kuning. Ini tanda peringatan bahwa kita harus waspada. Yang justru berbahaya adalah kalau kami di Dinas Kesehatan tidak segera bertindak,” tutur Lamlay, Sabtu (21/6/2025).
Salah satu upaya utama yang dilakukan adalah imunisasi massal terhadap anak-anak dan kelompok masyarakat yang belum mendapatkan vaksin lengkap.
Ia mengungkapkan, mayoritas kasus difteri yang pernah muncul berasal dari pendatang baru yang tidak memiliki riwayat vaksinasi DPT (difteri, pertusis, tetanus) di masa kecil.
“Sebagian besar penderita bukan warga lokal. Mereka datang dari luar daerah dan memang belum pernah divaksin sejak kecil,” ungkapnya.
Dirinya menyebut tantangan lain di lapangan adalah adanya penolakan sebagian orang tua terhadap program vaksinasi. Dirinya menilai, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman, serta pengaruh informasi yang menyesatkan di media sosial.
“Masih ada yang menolak anaknya divaksin. Padahal kalau tidak divaksin, seharusnya diganti dengan upaya lain, seperti menjaga pola hidup bersih dan sehat. Tapi kalau dua-duanya tidak dilakukan, itu justru yang sangat berisiko,” beber ya.
Dinas Kesehatan Berau terus berupaya mengedukasi masyarakat agar kesadaran terhadap pentingnya vaksin semakin tinggi.
Petugas kesehatan rutin turun ke lapangan untuk menjelaskan manfaat vaksin dan menangkal hoaks yang seringkali beredar di masyarakat.
“Tetapi kami tidak akan memaksakan imunisasi jika orang tua menolak memberikan izin. Kami tetap menghargai keputusan keluarga. Tapi kami juga tidak akan berhenti mengedukasi,” tegasnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga terus melakukan pemantauan aktif dan respons cepat terhadap setiap laporan gejala atau dugaan kasus difteri di wilayah Berau.
“Dengan berbagai upaya pencegahan dan edukasi yang terus dilakukan, kami berharap status KLB bisa segera dicabut dan tidak ada lagi kasus baru. Mudah-mudahan tahun ini Berau bisa bebas dari status KLB difteri,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Endah Agustina