Koordinator tim pengawas satgas pangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi & UKM Provinsi Kaltim, Asep Nuzuludin di Samarinda, Kamis, menjelaskan dugaan beras oplosan telah dibongkar oleh Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman yang menyebutkan ratusan merek beras yang beredar tidak sesuai standar dan bahkan terindikasi dioplos.
Menurut dia, beras oplosan tidak hanya menyangkut kejujuran pelaku usaha, tapi juga berpotensi mengguncang stabilitas harga dan memicu keresahan masyarakat.
“Informasi resmi dari pemerintah pusat ini bukan hal kecil, karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat. Maka dari itu, kami menyusun langkah-langkah pengawasan hingga pelaksanaan sidak di berbagai pasar,” ungkap Asep.
Diketahui satgas pangan terpadu Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari DPTPH Kaltim, Dinas Perdagangan Kota Samarinda, Satgas Pangan Polda Kaltim telah
Asep menjelaskan kegiatan ini merupakan bentuk respons cepat atas laporan masyarakat serta hasil pemantauan lapangan yang menunjukkan adanya dugaan beras premium yang tidak sesuai mutu dan dijual melebihi HET yang telah ditetapkan pemerintah.
“Salah satu prioritas utama kami adalah mencegah keresahan berlebihan di masyarakat yang bisa berujung pada panic buying. Karenanya, pengawasan harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh,” jelas Asep.
Sementara itu, koordinator pengawas, Gunadi menambahkan pengawasan dilakukan di enam titik lokasi yang tersebar di Kota Samarinda, meliputi dua pasar tradisional, dua ritel modern dan dua distributor besar yang menjadi rantai pasok utama beras premium di daerah ini.
“Kami fokus pada pemeriksaan kesesuaian antara produksi, pengemasan, dan klasifikasi mutu beras. Beberapa merek kami ambil sampel untuk diuji lebih lanjut,” ucap Gunadi.
Dari hasil pengecekan awal, beberapa sampel beras premium telah diamankan untuk diuji laboratorium. Pengujian akan mencakup aspek kadar patahan, warna, aroma, hingga kadar air. Hasilnya diperkirakan akan keluar dalam waktu tiga minggu.
Selain isu pengoplosan, pihaknya juga menemukan indikasi kontaminasi logam pada beras dari salah satu merek tertentu. Dugaan ini muncul setelah diketahui adanya hadiah promosi berupa sendok logam yang dicampurkan langsung ke dalam kemasan beras, tanpa pembatas atau pemisahan bahan.
“Praktik seperti ini sangat membahayakan. Benda logam yang bersentuhan langsung dengan beras dalam jangka waktu lama bisa melepaskan partikel mikro yang berisiko masuk ke makanan,” jelas Gunadi.
Temuan tersebut menyoroti lemahnya pengawasan pada aspek non-pangan yang menyatu dalam kemasan bahan makanan pokok, yang dapat menjadi celah bahaya bagi konsumen.
Ia menegaskan komitmen untuk terus melakukan pengawasan berkala dan bersinergi dengan instansi terkait dalam menjaga kestabilan harga serta kualitas barang kebutuhan pokok, khususnya beras, di wilayah Kalimantan Timur.
Masyarakat juga diimbau untuk lebih cermat dalam membeli produk kebutuhan pokok dan aktif melaporkan jika menemukan indikasi penyimpangan atau pelanggaran di lapangan.
Sumber : Antara