benuakaltim.co.id, BERAU – Wakil Bupati Berau, Gamalis menyebut, Kabupaten Berau dikenal sebagai salah satu daerah pesisir yang kaya sumber daya laut. Namun, potensi besar ini masih menghadapi tantangan serius dalam pengelolaannya.
Menurutnya, masa depan daerah sangat bergantung pada sektor perikanan yang harus dikelola secara bijak. “Perikanan adalah masa depan Berau. Kita dianugerahi laut yang luas dan kaya, tetapi kalau tidak kita kelola secara cerdas dan bertanggung jawab, potensi itu bisa hilang begitu saja,” tutur Gamalis, Rabu (15/10/2025).
Ia menuturkan, hamparan laut dari Pulau Derawan, Maratua, hingga Biduk-Biduk bukan hanya memikat wisatawan, tetapi juga menjadi tulang punggung mata pencaharian ribuan nelayan.
Meski demikian, realitas di lapangan menunjukkan banyak kendala yang belum teratasi. Berdasarkan data Dinas Perikanan Berau, lebih dari 1.200 nelayan aktif di wilayah ini. Namun, sebagian besar masih menggunakan perahu kecil dan alat tangkap tradisional.
“Banyak nelayan kita yang masih kesulitan mendapatkan peralatan modern, pendingin hasil tangkapan, hingga akses pasar di luar daerah. Ini menjadi salah satu faktor yang membatasi nilai ekonomi dari potensi laut Berau,” terangnya.
Kondisi tersebut membuat hasil tangkapan nelayan cenderung terbatas hanya untuk memenuhi pasar lokal. Tidak sedikit nelayan yang menghadapi tekanan tambahan akibat harga ikan yang kerap berfluktuasi, sementara biaya operasional seperti bahan bakar dan perawatan perahu terus meningkat.
Selain faktor sarana prasarana, perikanan Berau juga menghadapi ancaman penangkapan ilegal. “Masih ditemukan praktik penggunaan bom atau racun ikan yang merusak terumbu karang serta habitat laut,” bebernya.
Gamalis menegaskan, pemerintah daerah bersama aparat terkait akan terus memperketat pengawasan.
“Kami bersama aparat terkait terus memperketat pengawasan. Namun, yang tak kalah penting adalah edukasi kepada masyarakat. Nelayan harus paham bahwa kelestarian laut berarti kelangsungan hidup mereka sendiri,” tegas Gamalis.
Menurutnya, upaya menjaga keberlanjutan ekosistem laut tidak bisa hanya mengandalkan aparat. Kesadaran masyarakat menjadi faktor kunci agar ekosistem tetap lestari dan sumber daya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau tidak menutup mata atas berbagai persoalan ini. Sejumlah langkah strategis sedang dipersiapkan, salah satunya mendorong tumbuhnya industri pengolahan hasil laut di tingkat lokal.
“Kita ingin ada industri pengolahan di tingkat lokal. Dengan begitu, nelayan tak hanya menjadi penangkap, tetapi juga bagian dari rantai ekonomi yang lebih besar,” ujar Gamalis.
Langkah ini mencakup pengembangan sektor pengalengan, fillet, hingga produk olahan lain yang diharapkan mampu meningkatkan nilai jual hasil tangkapan.
“Dengan adanya industri lokal, nelayan tidak lagi bergantung pada penjualan ikan segar semata, melainkan bisa terlibat langsung dalam rantai pasok yang lebih luas,” katanya.
Selain pengolahan, pemerintah daerah juga melirik ekowisata bahari berbasis perikanan tradisional. Konsep ini menghadirkan pengalaman wisata yang tidak hanya menonjolkan keindahan panorama laut, tetapi juga kearifan lokal budaya bahari Berau.
“Kekuatan Berau tidak hanya pada hasil lautnya, tetapi juga pada budaya baharinya. Ini bisa jadi daya tarik wisata yang luar biasa kalau kita kemas dengan baik,” tuturnya.
Ekowisata diharapkan mampu menambah pendapatan masyarakat, sekaligus memberikan kesadaran baru tentang pentingnya menjaga kelestarian laut dan lingkungan pesisir.
Untuk itu, Gamalis menekankan pengembangan sektor perikanan tidak bisa hanya bertumpu pada pemerintah daerah. Peran pelaku usaha, akademisi, hingga masyarakat luas juga sangat menentukan.
“Laut adalah kehidupan. Kalau kita jaga bersama, manfaatnya akan kembali untuk anak cucu kita nanti,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Endah Agustina