“Ada beberapa riset yang kami lakukan tentang pembangunan ekonomi dan terkait IKN, termasuk riset pada 2024 tentang ALKI 2. Ini merupakan isu global, jadi sangat menarik, karena IKN ada di jalur ALKI 2,” kata Periset Brida Kaltim Putwahyu Budiman di Samarinda, Senin.
Indonesia memiliki tiga ALKI. Daerah lintasan ALKI 1 adalah Laut Cina Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Sunda, dan Samudra Hindia. Lintasan ALKI 2 meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores, Selat Lombok.
Sedangkan lintasan perairan di ALKI 3 meliputi Samudra Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, Laut Sawu, dan Samudra Hindia.
Selama ini, katanya, jalur yang sering digunakan perdagangan adalah Selat Malaka dan ALKI 1, sehingga diprediksi jalur ini akan penuh, ditambah dengan Selat Malaka yang terus mengalami pendangkalan, sehingga ke depan beralih ke jalur ALKI 2 dan menjadi jalur pelayaran penting dunia.
Saat ini, lanjut ia, peran Provinsi Kaltim di ALKI 2, terutama di Selat Makassar, memang ramai untuk kegiatan bongkar muat batu bara dari ponton ke kapal besar, namun ke depan diyakini bukan hanya batu bara, namun berbagai material dan komoditas penting karena adanya ibu kota negara di kawasan Kaltim.
Sedangkan untuk komoditas penting dari Kaltim di luar batu bara, yang diekspor ke sejumlah negara baik China, Malaysia, Singapura, dan lainnya, dibawa dulu ke Surabaya, baru kemudian balik lagi ke Selat Makassar atau ALKI 2, sehingga biaya operasional lebih besar yang tentunya harga juga meningkat.
“Padahal perairan Kaltim lebih dekat ke China dan Filipina, terlebih Malaysia dan Singapura. Harusnya kita tidak perlu berputar-putar dalam ekspor. Tapi memang masalahnya kita belum punya pelabuhan berstandar ekspor seperti di Surabaya, sehingga dengan adanya IKN, kebutuhan pelabuhan berstandar internasional ini akan terwujud,” kata Puput, sapaan akrabnya.
Sumber : Antara